Tuesday 26 April 2011

Wabah Ulat Bulu Akibat Populasi Predator Berkurang


Malang (ANTARA News) - Wabah ulat bulu yang menyerang perkebunan mangga di Probolinggo dan kini meluas ke daerah sekitarnya sebagai akibat dari semakin berkurang populasi predator burung liar pemakan ulat.

Chairman ProFauna Indonesia Rosek Nursahid, Rabu menyatakan, populasi predator pemakan ulat seperti Burung Prenjak, Jalak dan Cinenen berkurang cukup signifikan hingga mencapai 80 persen dari populasi sebelumnya.

"Perburuan liar yang dilakukan secara besar-besaran sebagai komoditas perdagangan menjadikan populasi burung liar pemakan ulat ini menurun drastis, sehingga ulat-ulat tersebut bisa berkembangbiak dengan leluasa karena musuh utamanya sudah tidak ada," tegasnya.

Di wilayah Malang sendiri terutama di Kecamatan Pujon dan kawasan Malang selatan, katanya, populasi predator berupa burung liar pemakan ulat (serangga) tersebut juga sudah hampir hampir punah.

Menurut dia, jika proses perburuan burung pemakan serangga ini dilakukan secara besar-besaran dan terus menerus akan memicu terjadinya bencana ekologi. Akibatnya, akan terjadi ledakan populasi kupu-kupu dan ulat di luar kendali.

Oleh karena itu, tegasnya, kalau warga di wilayah Malang Raya ini tidak ingin terjadi wabah ulat di daerahnya, maka masyarakat harus menghentikan berburu burung pemakan serangga tersebut.Biarkan burung-burung tersebut hidup di alam bebas agar rantai ekosistem tetap berjalan normal.

Sebelumnya Kepala Laboratorium Hama, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Dr Ir Totok Himawan mengimbau agar masyarakat khususnya petani di wilayah Malang Raya dan sekitarnya tidak perlu khawatir akan serangan ulat bulu yang kini mewabah di Probolinggo.

Sampai sejauh ini ulat bulu hanya menyerang tanaman mangga saja dan tidak akan menyerang tanaman lain, seperti padi, sayur, bunga serta berbagai jenis buah lainnya.

Apalagi, lanjutnya, sekarang juga sudah dilakukan penyemprotan insektisida atau sejenis cairan "Lamda Sihalotrim" sampai beberapa kali, sehingga kondisinya sudah jauh berkurang."Petani tidak perlu khawatir, karena kemungkinan meluas hingga ke wilayah Malang dan sekitarnya itu sangat kecil," tegasnya.

Hujan yang terus menerus mengakibatkan musuh alami ulat bulu, yakni sejenis predator bernama "Braconid" dan "Apanteles" tidak mampu bertahan hidup. Sehingga, musuh alami itu tidak bisa mengontrol populasi ulat bulu yang semakin banyak, dan berkembangbiak dengan cepat, bahkan menyebar ke lingkungan penduduk.

Sementara Kepala Dinas Pertanian Kota Malang Ninik Suryantini mengimbau agar masyarakat terutama petani lebih waspada."Untuk wilayah Kota Malang yang rentan terhadap perkembangbiakan ulat bulu adalah Kecamatan Lowokwaru, Kedungkandang dan Sukun," katanya menambahkan.
(E009/M019)

Editor: Aditia Maruli

Saturday 9 April 2011

Kisah Gadis SItubondo, Hobi Makan Dagingnya Sendiri (4-Habis)

Sejak hari Rabu (22/7) Mega Susi Ningsih (19), berbaring di ruang perwatan Paviliun Dahlia RSUD Situbondo, untuk menjalani proses awal penyembuhan penyakit anehnya tersebut. Apa saja yang dialaminya setelah diangkat dari kebiasaan sehari-harinya?

Belum ada perkembangan signifikan dari upaya medis yang dilakukan, namun, keluarga semakin bernafas lega, setelah dijanjikan kalau pihak RSUD akan menanggung semua biaya pengobatan gadis tersebut, hingga sang gadis bisa sembuh total.
Ada rumor, jika nantinya RSUD Situbondo tidak mampu untuk melakukan proses penyembuhan, tidak tangung-tanggung, Ningsih akan dirujuk ke rumah sakit dr Soetomo Surabaya. Biayanya pun akan ditanggung alias gratis.
Namun, keseriusan RSUD untuk bisa menyembuhkan Ningsih nampaknya akan sia-sia, baru satu hari dirawat, keluarga yang menunguinya sudah meminta agar Ningsih dirawat jalan.
Dengan demikian, keinginan keluarga agar untuk bisa menyembuhkan anak Gadis itu memang sangat kurang. Terbukti, Kamis (23/7) gadis itu terpaksa dibawa pulang ke rumahnya, karena keluarga terus merengek.
“Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Keluarganya sampai nangis-nangis meminta Ningsih dibawa pulang,” kata Humas RSUD Situbondo Imam Hidayat kepada HARIAN BANGSA, kemarin.
Padahal, selain biaya pengobatan, semua biaya makan keluarga yang menungguinya sudah ditanggung pihak rumah sakit, namun upaya tersebut tetap saja sia-sia, karena keluarga beralasan tidak betah tinggal di rumah sakit.
Semakin tragis saja, kisah gadis pasangan Munasip dan Ernanik ini, Kendatipun Ningsih sudah dibawa pulang, pihak rumah sakit berjanji akan melakukan perawatan jalan. “Kami akan berkoordinasi dengan dinas kesehatan agar Puskesmas setempat mau menurunkan tenaga medisnya, agar Ningsih bisa berobat jalan,” tambah Imam lagi.
Informasi lainya menyebutkan, kalau Ningsih menderita retradasi mental alias kecerdasan kurang, penyakit semacam itu, tambah Imam, bisa disembuhkan dengan cara yang lama.
Salah satu penyembuhannya adalah pengobatan rutin serta meningkat perhatian terhadap anak, jika tidak dilakukan, maka penyakit akan semakin memburuk.
Seperti diketahui, selama menderita penyakit ini, Ningsih bisa dibilang kurang mendapatkan perhatian keluarga, maklum, Ernanik ibunya bekerja sebagai TKW ke Malaysia, sementara Munasip berjualan minyak wangi keliling, dan baru malam hari tiba di rumah.
“Kalau pengobata dilakukan, tetapi perhatian etrhadap anak itu tidak dilakukan, maka pengobatan akan sia-sia saja, oleh karenanya, terapi untuk kesembuhan Ningsih, ya harus diperhatikan terus-menerus, semacam menggunakan baby sister,” pungkas Imam lagi.

Hujan Ikan


Hujan ikan mengejutkan kota di padang pasir terpencil di negara Australia. Hujan ikan ini bersamaan dengan pergantian cuaca ke musim hujan. Ikan yang jatuh dari langit banyak yang masih hidup, dan kejadian ini berlangsung selama lebih dari 2 hari di Lajamanu di Northern Territory dibulan Maret lalu. Menurut para ahli cuaca hal ini disebabkan karena adanya badai di laut yang menyedot ikan-ikan tersebut, dan jatuh di daerah pemukiman penduduk yang berjarak 326 Mil dari tempat badai.
Mark Kersemakers, peramal senior di Australian Bureau of Meteorology, mengatakan, badai itu meraup ikan ke udara hingga setinggi 40.000 sampai 50.000. "Setelah beberapa waktu mereka dilepaskan."
Ini merupakan peristiwa ketiga kalinya dalam waktu kurang dari 30 tahun yang lalu Lajamanu dibombardir ikan. Menurut Northern Territory News, dilaporkan fenomena hujan ikan ini juga terhadi tahun 1974 dan 2004.
Joe Ashley, 55, dari Jabiru sebuah kota pedalaman di Northern Territory, berkata, "Biasanya ikan-ikan di dalam air, sekarang mereka jatuh dari langit, bagaimana jika sesuatu yang lebih besar jatuh dari langit selanjutnya?” Kalau misalnya ikan hiu kecil atau bahkan buaya-buaya yang tersedot badai bisa menakutkan, tapi ini untungnya hanya hujan ikan saja.

Hujan Katak



Aneh dan Unik - 'Hujan katak' menjadi pencarian hangat di search engine. 'Hujan katak di Jepang' tersebut memang merupakan fenomena aneh dan unik, kalau biasa hujan itu air yang ini berupa hewan aneh seperti katak atau ikan. Dan sebenar nya 'hujan katak di Jepang' ini sudah merupakan berita lama, kejadian sekitar tahun 2009 di bulan Juni.
Hewan yang menyerupai katak ini mempunyai memiliki panjang sekitar 5 cm, sejauh ini belum ada penjelasan tentang kejadian aneh dan unik ini.